Kita Dilahirkan Untuk Apa? "Bingung" - KERPOST

Breaking

Kita Dilahirkan Untuk Apa? "Bingung"

Penulis, Agus Kadepa | WN

Oleh Agus Kadepa

"Manusia Agadide dan diskursif Fenomenal Pemekaran Kabupaten Paniai Timur."

Artikel,KERITING POS | Judul ini agak menjengkelkan atau pun melahirkan perasaan tersembunyi lainnya tetapi penulis merasa perlu diulaskan sebagai buah pikiran berkaitan dengan penyebaran status FB Saudara Samuel Kobepa. Tentu saya merasa dijhargai kalo pembaca menyimak tulisan saya secara dewasa Karena dalam tulisan ini saya tidak menyinggung ide atau perasaan siapa pun.

Tentu saja kita diajak untuk analisis mendalam hegemoni fenomenal sekarang ini yakni Pemekaran Kabupaten Paniai Timur. Entah kita mahasiswa atau siapapun mau dan tidak mau ada dalam suatu rancagan yakni dalam suatu dinamika perubahan global. Ancaman akan datang tidak mengenal siapa pun termasuk orang agadide. 

Apakah kita siap? Hal ini bukan juga bicara Papua Merdeka namun bagian yang kita lupa ataupun malastahu yang melumpukkan kemerdekaan sejati (pribadi). Sejatinya kemerdekaan kita akan ada pada gerakan dan kesungguhan memilih dan mambangun ideologi kontekstual secara moderat (inner concept)

Seyoganya Sampai detik ini kita semua dipinggirkan dengan fenomena ancaman luar dan dalam tentunya menguat sekuat besi di watak manusia dan aplikasinya pun saling belomba maraton. Kita akui benar bahwa situasi yang mengarahkan dan mengajarkan kami sebagaimana kita hidup pada zaman ini. Tidak tahu diri. 

Bagaimana kita melihat kondisi ini? Berpatok pada gaya hidup dan pola pikir yang tidak mencerminkan ataupun tidak merasa bagian dari korban perkembagan.

Tentunya situasi itu diciptakan oleh para oktor kian menjadi Fenomena assusila atau kontradiksi sosial atau keadaan sosial negatif-positif lainnya yang saking berbobot dalam nalar manusia. Akibatnya orang agadide semakin hari semakin tertinggal dari berbagai aspek pembangunan manusia. Seakan lumbung keladi di pinggiran kebun dirayap semut merah, indikasi ini terlihat jelas bahwa kebodohan itu semakin menguat, menjalar dan terpupuk di watak kita yang digigit habis-habisan Perubahan itu sendiri. Tidak ada daya sebanding.

Motif pergerakan ini meimiliki tingat lakunya sendiri. Sehingga masyarakat yang di dalamnya akan merasakan trauma kepanjangan. Tidak semuda menanggulangi itu. Membutuhkan keseriusan dan mutu inteletualitas seseorang ataupun kelompok dalam memformulasikan rancangan yang tentunya terstruktur. 

Perhitungkan berapa orang Agadide yang berhasil dalam dunia pendidikan? Pedidikan sejenis sekarang yang orang Agadidie nikmati adalah pendidikan abal-abalan artinya orang Agadide tidak bobot sampai detik ini berjalan. Sesungguhnya kita tegur pribadi. Jujur penulis malu. Seakan umbul-umbul identitas tak lagi perperilaku.

Magapa demikian? Hal ini dilihat dari kontribusi atau keberhasilan kita yang gagal mambangun atau memanusiakan manusia Agadide sendiri. 

Berangkat dari pernyataan di atas, orang Agadide siapa yang sampai detik ini memberikan hidupnya dan menghasilkan sesutu untuk melawan ancaman pembangunan yang membabi buta dan sedang mengancam ini? Semua kita adalah pembunuh manusia Agadide. Kita sedang mengajarkan masyarakat kita hidup tergantung dan mati sia sia di atas tanah leluhurnya.

Tidak hanya itu kita juga sedang dikejar-kejar oleh pagaruh luar yakni perubahan global yang setiap detik selalu saja menhantui kita. Hal ini pun bagian dari pukulan berat yang dirasakan manusia agadide. Karena bagi dia tidak kenal ada penolakan dari siapa pun. Semestinya manusia agadide pelajari ini, bukan berkomitmen meciptakan lahan kuburan. 

Pemekaran kabupaten tentunya bukan solusi namun bagian dari upaya meluaskan dan mambangun daya sain manusia dari perubahan global (IPTEK) yang sekaran dinikmati orang Agadide. Disisi lain memiliki nilai tambah jika dijalankan sesuai dengan komitment bersama tidak pada motivasi tertentu. 

Pada hakekatnya semua tindakan atau perubuatan memiliki nilai tersendiri yang perlu diamati secara saksama yakni positif dan negatif. Kita dituntut untuk berkomitmen pada diri kita, manusia dan alam agadide untuk selalu meberikan kontribusi kapan dan dimana saja. Jika tidak demikian maka kitalah yang Pembawa mala petaka bagi orang agadide dan generasinya. Saya pribadi akui bagi siap saja yang menyumbangkan ide dan gagasannya untuk pembangunan manusia dan perlindungan alam demi penyelamata anak negeri agadide yang sekarang menuju ke ambang kepunaan.

Kita dilahirkan untuk membuat sesuatu bagi leluhur, sesama dan alam semesta. 
Sehingga mau dan tidak mau, suka dan tidak kita harus berkomitmen terhadap pribadi merancang suatu pembangunan manusia untuk memanusiakan manusia demi dan untuk semuanya bagi Agadidde. Kata terakhir (Kita sedang dalam ambang kepunaan) mulailah dari hari ini, hari esok kita akan diculik manusia lain yang kita tidak perna pikirkan sebelumnya.

Penulis adalah Pengembara Hutan Papua