Kita Baru Saja Kehilangan Putra Terbaik Banngsa Papua - KERPOST

Breaking

Kita Baru Saja Kehilangan Putra Terbaik Banngsa Papua

Victor Yeimo (kiri), Almahrum Pr.Neles Kebadaby Tebai (kanan).

Oleh Victor Yeimo

Kita baru saja kehilangan salah satu putra terbaik bangsa Papua, Pastor Neles Kebadabi Tebay. Ia baru menghembuskan napas terakhir, 14 April 2019 di RS. Carolus, Jakarta.

Saya sempatkan waktu bertemu beliau pada tanggal 30 Maret 2019 lalu. Ia baru saja keluar dari ICU. Walau sakit sekarat, belau sambut saya dengan senyum dan air mata. Kami berbincang, dan saya mendengarkan segala nasihat perjuangan itu, tanpa sadari itulah pesan-pesan terakhirnya.

Bangsa Papua kehilangan sosok pejuang keadilan dan perdamaian. Dia pejuang kemerdekaan Papua yang memahami bagaimana menyelesaikan konflik Papua secara jujur dan damai. Dia memahami esensi masalah dan bagaimana merangkai proses penyelesaian yang strategis.

Dia menghargai perbedaan pandangan. Dia mengambil posisi tenang, bijak dan konsisten ditengah cacian, hinaan, tuduhan, fitnahan, dan kecurigaan dari semua kelompok perjuangan maupun dari penguasa kolonial Indonesia. Melandasi semua perbedaan menuju penyelesaian damai.

Dia tahu Indonesia penjajah dan rakyat Papua harus merdeka. Tetapi berusaha mengambil posisi negosiasi antar semua kubu yang bertikai untuk mencari solusi damai. Dia bukan buta strategi, dan bukan titipan Jakarta. Dia pemain strategi itu. Dia berdiri di ruang kosong yang tidak mampu ditempati oleh pihak yang bertikai.

Kebadabi (sang perintis jalan) itu telah tiada. Ia tinggalkan jalan penyelesaian damai tanpa menghancurkan perjuangan bangsa Papua. Ia adalah tumbal dari perjuangan kemerdekaan dan kolonialisme yang tidak mampu menyelami jalan perdamaian sebagai cara mencapai tujuan perjuangan.

Dia yang berhasil menunjukkan kepada Jakarta bahwa ULMWP adalah representasi politik perjuangan. Dia berhasil mengajar Jakarta untuk selesaikan konflik politik Papua dengan jalan damai (dialog). Dia adalah PBBnya Indonesia dan West Papua, yang merintis jalan damai konflik West Papua-Indonesia.

Ia tidak melarang, membunuh, apalagi menjual perjuangan bangsa Papu ke tangan kolonial Indonesia. Ia justru mengkonsolidasikan LIPI dan berbagai aktivis dan Akademisi, bahkan ring 1 Jakarta untuk mendesak penyeselaian konflik Papua. Sebuah pekerjaan yang sama halnya dilakukan PBB dalam selesaikan suatu konflik.

Ia putra terbaik, calon kuat Uskup pertama orang Papua. Yang dibenci oleh penguasa dan gereja yang konservatif, yang terus membiarkan dan menjaga penindasan di West Papua. Ia doktor misiologi dari Roma yang memahami konflik dan strategi penyelesaiannya. Dosen STFT yang melahirkan para pejuang pemberani yang paham.

Pesan terakhir beliau pada saya itulah yang membuat saya yakin bahwa ia adalah pejuang kemerdekaan Papua. Itu harus dan pasti kami lakukan kaka tercinta. Pisss...peyaibeu...koya uwiii

Selamat jalan ke alam damai sana. Terima kasih atas perjuanganmu untuk menjadi lilin perdamaian bagi semua manusia di muka bumi.

Penulis adalah Jubir KNPB Internasional