CERPEN Nyata
Oleh : Petrus T Yatipai
PANIAI/KERITING POS
(Ilustrasi,Kasus Pembunuhan secara sadis (Fhoto:Google) |
Cerpen, KERITING POS | Cerpen berikut adalah kejadian faktual yang pernah menjadi peristiwa viral dikalangan masyarakat Paniai. Sayangnya dijaman itu tak sempat dimemediasi melalui media-media lokal bahkan nasional untuk publik mengetahui. Mari ikuti alur kejadiannya.
a). Semasa Ingusan Bersama Kakak Tersayang “Ipomogo”
a). Semasa Ingusan Bersama Kakak Tersayang “Ipomogo”
Semenjakku masih ingusan itu, ku hanya bisa mengingat kembali saat bersamamu kakak tersayang “MagaIpomogo”, dipinggiran Kali Pekai Kebo didusun terpencil Ugidaa dinegeri rerumputan hijau nan permai itu. Saat aku menangis ,saat aku lapar, saat aku kepanasan, saat aku menyendiri, engkaulah menjadi Ibu, Engkaulah kakak sumber pemulih jiwaku, engkaulah pengobat sejati, engkaulah kakak yang selalu melihat segala sudut pandangku.
Disaat-saat siang bolong itu, engkau sering melukiskan sejarah dipuncak tebing Ipomogo, bersama adinda-adindamu terkasih berkaki telanjang dengan sejuta kisah dikediaman-mu beratap alang-alang disudut negeri pintu angin dan awan dibawah lereng Dougii diufuk timur Papua Wissel Merrend Pekai Butuu. Engkau mengajaknya kita ke Kali Emedei mencoba mencari Ikan,sambil mencuci badan melahap Ingus-ingusan kami yang masih tersimpan dihidung Mancungnya yang penuh dengan beragam dekil ini, engkau juga mengajaknya kita makan siang bersam dengan menu makanan alamiah, dengan dedaunan hijau yang bertebaran ditepian Lereng Itaa Bakinaadengan penuh antusias.
Ketika kakak Maga diajak pergi kesana atau kesini, adik-adik-mu yang berbadan kosong ini akan siap membentuk sebuah barisan yang elok dipandang untuk mengikut menutup jejak-jejak kakimu entah kemana tujuan yang harus ditempuh kak maga dipinggiran itu. Sebagian adik lainnya, kak Maga sanggup menggendongnya walaupun diterpa hujan, walau disirami terik panas Sang Surya pun kau sanggup menghadapinya.
Kak Maga, pengorbanan-mu sungguh dasyat demi menyelamatkan kita hidup selanjutnya. Jasa-jasa perjuangan-mu Kak Maga, pada diri ini akan terus tersimpan dibenak walau dilanda sejuta cobaan.
2 b). Mendengar Kabar Angin Pembunuhan Sadis Ketika di Negeri Rantau
Ketika seusai pendidikan dasar (SD) berkomitmen merantau meninggal sejuta kenangan yang dibina dan dijalani bersama kak Maga serta anak-anak negeri lainnya didusun. Berhari-hari,minggu,bulan,dan tahun pun telah terbawa oleh waktu dinegeri rantau. Siang itu, Angin bertiup dari timur melambai-lambai datang mengenai tubuhku, menganggapnya membawa kesejukan,kebahagiaan,kesegaran dan senyuman baru ternyata mendengar suara angin itu membisik ditelinga kanannya mengatakan, “Saudara punya kakak Maga Ipomogo, telah dibunuh secara sadis didalam rumahnya oleh suami bersama keluarga pelakunya dan diketemukan setelah dua hari sejak kejadian itu.kata angin itu.” Akhirnya air mata menjadi pembalasan utama atas peristiwa sadis yang dilakukan oleh manusia-manusia kanibal dibelahan sana itu. Saya berkata saja, “biarlah semuanya Tuhan tahu dan akan diadili dipengadilan tertinggi disurga.”
Pada akhirnya Kak Maga Ipomogo, pergi juga meninggalkan adik-adiknya hidup sendiri didusun. Entah apa, dan bagaimana hanya engkau Bapa sumbrer hidup yang mengetahui semua itu kupasrahkan. Kak Maga, bukan adik membiarkanmu kau harus pergi begitu saja. Namun karena Hukum Agama dan Hukum Karma adik kini hanya bisa berdiam diri melihat dan menonton kejadian sadisnya yang dilanda dirimu itu. dimata mereka kau sejenis Binatang yang tak ada nilainya sehingga kau dipotong-potong,bahkan sebagian potongannya dibakar ditungku api rumah itu.
Kak Maga sayang………….
Maafkan adik……
Maafkan Aku kak Ipomogo………
adik bukan membiarkan-mu kak Maga harus pergi begitu saja……….
Adik sayang Kak Maga Banyak……….
Maaf…………….
semuanya kami pasrahkan kepada Tuhan saja dan ia yang akan membalasnya. Ku hanya bisa terungkap sekalimat kata hati dengan penuh tangisan dan kesedihan, “Semoga Arwahmu diterima Sang Pencipta disurga (RIP)”.
PANIAI/KERITING POS