Oleh : Petrus T. Yatipai
Cerpen/WEYAPO News --- Disenja hari itu, bersama saudara laki-laki keluar dari Gubuknya, di Negeri rantau, dengan kenderaan beroda dua jenis Supra, menuju ke sebuah Pantai. Dalam perjalanan itu, berbagai macam Biotik maupun non-biotik pun telah kami lewati sambil nikmati indahnya Alam ditepianKota Injil itu.
Dalam perjalanannya itu, saudara laki-laki, yang sering disapa, Figo dengan berfisik Hitam Melanesia walau mamanya adalah orang asli Jawa, mengemudi motornya dengan kecepatan diposisi gigi 3 (Tiga). Akhirnya kami tiba juga dipantai itu, dalam kondisi selamat. Perjalanan kami telah ditempuh dalam sepuluh menit lamanya.
Setibanya kami dipantai itu, yakni,Pantai Pasir Putih (P3) namanya. disana kami menjumpahi anak-anak negeri berkulit Hitam maupun Putih, yang terdiri dari anak-anak,remaja,dewasa sampai orang-orang tua pun datang berkunjung disana mengisi sebagian waktunya untuk Merefreshing sambil menikmati Indahnya Alam di Pantai itu.
Pantai itu, terletak ditepian Kota Injil, yakni Manokwari City Kota Injil, dibagian muka Pantai tepat berdampingan langsung dengan 2 (Dua) buah anak Pulau kecil kelihatanya, namun makna sejarahnya hingga dilevel dunia. Itulah, Pulau Mansinam dan pulau Lemon.
Pulau mansinam adalah Pulau dimana tempat menginjakkan kaki pertamanya dan pulau yang pertama kali menerima dan merasakan Ajaran-ajaran Tuhan oleh 2 (Dua) Orang Misionaris. Mereka adalah Ottow dan Geissler, asal Bangsa Eropa dibelahan Dunia Barat.
Setelah kami membuang beberapa waktu dengan aktivitas kami bersama Pantai itu, dengan sangat jernih Air lautnya yang mengagumkan dihati para pengunjung, sehingga orang sering berkunjung kesana untuk mengisi hari-harinya dipantai yang sangat mempesona dari beberapa Pantai yang ada dikota Injil itu.
Seusainya waktu di Pantai Pasir putih itu, kami star melaju ke Pantai lainnya yaitu, Pantai Bakaro. Dimana Pantai itu ditutupi dengan batu Karang, sehingga kurang pengunjungnya. Dipantai itu sangat ribut dengan Gelora Ombak yang tinggi menuju Pantai Karang itu.
Beberapa waktu lamanya telah berlalu menikmati bunyian Gelombang dipinggiran Pantai sambil menatap pandangannya kearah samudera biru yang lepas itu. Memory ini pun melayang jauh mengingat kisah-kisah semasa kecilku didusun yang penuh dengan sejuta cerita bersama teman-temanku berambut keriting berkaki telanjang itu.
Akhirnya Alam dipantai itu, mengajaknya untuk bermain bersama. Kami berkomitmen mengisi beberapa menit bercanda bersama Ombak Biru yang terus memukuli Pantai Karang tersebut sambil menyucikan tubuhnya yang fana ini.
Waktunya pun telah dibawah oleh Gelombang Biru didasar laut, Sang Surya pun mulai tengelam menjemput malam. Akhirnya kami menyimpan barang-barang untuk harus pergi meninggalkan Pantai Karang menuju di Gubuk tercinta 223 Reremi Pemda Manokwari. Selamat tinggal Pantaiku Pantai Karang.Sampai berjumpah kembali pada puturan waktu yang selanjutnya.
Sekian